Ringkasan Buku: How to Respect My Self (Part 7)
Judul : How to Respect My Self (Seni Menghargai Diri Sendiri)
Penulis : Yoon Hong Gyun
Halaman : 342
Part 7: Lima Praktik untuk Mengungkit Harga Diri
1. Bertekad Mencintai Diri Sendiri secara Buta
Kita sering mengharapkan dicintai apa adanya oleh orangtua dan pasangan. Namun kesulitan mencintai kondisi diri apa adanya, kita justru membenci dan memberikan berbagai macam syarat. Hal yang harus kita berikan untuk diri sendiri adalah cinta yang kita harapkan. CINTAI DIRI SENDIRI APA ADANYA TANPA ALASAN ATAU SYARAT APA PUN. Tujuan kita adalah cinta buta yang ideal terhadap diri sendiri.
Kita bisa bertekad untuk menyayangi diri sendiri mulai hari ini. Mencintai setiap sifat, tingkah laku, dan kebiasaan kecil kita untuk seterusnya. Itulah cara mencintai diri sendiri.
Orang-orang yang mendapatkan cinta yang tulus dan tanpa syarat tumbuh dengan mangagumkan. Kita memimpikan cinta yang sempurna dan cinta itu bisa diberikan oleh kita sendiri.
2. Mencintai Diri Sendiri
Teruslah belajar mencintai diri sendiri. Cinta akan meresap ke dalam kehidupan dengan sendirinya. Mencintai diri sendiri tidak akan merugikan siapa pun.
Ada tiga sosok 'aku' di dalam pikiran kita. 'Aku yang rendah diri', 'Aku yang menekan', dan 'Aku yang mencintai'. Ketiga sosok yang berbeda ini ada di dalam diri kita. 'Aku yang rendah diri' biasanya aktif di siang hari, sedangkan 'Aku yang menekan' aktif di malam hari. Kita bekerja; belajar, dan bertemu dengan orang yang rendah diri. Lalu saat malam datang, 'Aku yang menekan' akan terbangun dan mengkritik 'Kenapa kamu berkata seperti itu? Apa hanya itu yang bisa kamu lakukan?'. 'Aku yang rendah diri' pun kian lama kian menyusut, inilah yang membuat harga diri semakin lama semakin rendah.
Kita perlu mengawinkan 'Aku yang rendah diri' dengan 'Aku yang mencintai' agar bisa bertumbuh. 'Aku yang rendah diri' seringkali terperangkap oleh tembok yang dipasang oleh 'Aku yang menekan'. Untuk menghancurkan tembok ini, kedua sisi otak harus diasah secara bergantian. Sirkuit otak akan melunak jika diberi 'rangsangan dua sisi' dengan menggerakkan sisi kiri dan sisi kanan secara bergantian. Contohnya yaitu berjalan, renang gaya bebas dan gaya punggung, olahraga tinju, dan teknik kursi kupu-kupu.
3. Memilih dan Memutuskan Sendiri
Tujuan hidup akan berkurang setiap kali kita menunda keputusan. Secara emosional, harga diri adalah sikap mencintai diri sendiri. Sementara secara rasional, harga diri adalah kemampuan untuk membuat keputusan sendiri dan menghargai keputusan tersebut.
Tidak ada keputusan yang benar ataupun salah dan kita juga tidak tahu keputusan mana yang lebih baik. Bagian yang bisa kita pastikan dalam keputusan adalah skala dan waktunya. Skala keputusan yang sebagian besar berhubungan dengan diri kita terbatas pada 'diri kita'. Jadi, yang tersisa hanya waktu. Semakin lama kita menimbang bukan berarti jawaban yang datang akan semakin bijak. Hanya memakan waktu lebih lama saja.
Cara membuat keputusan yang meningkatkan harga diri:
- Buat keputusan sendiri. Putuskan apa yang menjadi 'urusan kita'. Semakin kita berkonsentrasi pada pilihan kita maka keterlibatan orang lain akan berkurang.
- Ikuti keputusan. Jangan takut meskipun hasil yang keluar merugikan. Keputusan kita akan menjadi pelajaran yang baik bagi kita.
- Sesali masa depan jika hasilnya tidak baik. Bertanggungjawablah sepenuhnya terhadap hasil dan rasakanlah sendiri 100% rasa sakitnya. Namun, penyesalan itu harus berbentuk masa depan. 'Harusnya waktu itu aku tidak begitu' adalah bentuk penyesalan masa lalu. Itu hanya akan menggerogoti harga diri Anda. 'Kalau nanti terjadi hal seperti ini lagi, aku harus begini!' Inilah bentuk penyesalan yang mengarah ke masa depan. Penyesalan yang berupa tekad.
- Berterima kasih pada orang lain jika hasilnya baik. Berbahagialah jika hasilnya bagus dan nikmati sendiri 100% kebahagiaan itu. Kemudian bagikanlah rasa syukur itu kepada orang lain. "Aku bisa berhasil berkat saran Anda". Mereka pun akan ikut senang dan berharap Anda menjadi lebih baik lagi.
Lima pertanyaan untuk membantu diri membuat keputusan:
- Apa yang paling harus kupikirkan? (Lupakan persoalan orang lain)
- Apa yang harus kuputuskan? (Kesampingkan emosi)
- Pilihan antara apa dan apa? (Letakkan diri diantara persimpangan)
- Sampai kapan keputusan ini harus dibuat? (Membatasi waktu)
- Sampai kapan keputusan ini efektif? (Menetapkan masa berlaku keputusan)
4. Fokus dengan 'Kini, di Sini'
Terkadang kita seperti mempercayai bahwa keyakinan adalah jalan menuju sukses. Tentu yakin itu baik, tetapi berapa banyak hal di dunia ini yang bisa kita pastikan. Sejak semula, masa depan itu tidak pasti, sehingga kita tidak perlu terlalu berpegang teguh pada optimisme. Solusi apa pun pada akhirnya harus 'BERFOKUS PADA MASA KINI'. Pada akhirnya, kita akan kembali pada kenyataan meski telah mengatasi kecemasan dengan berbagai cara, termasuk 'menyakinkan diri' dan 'menghipnotis diri'.
Setiap kali kita merasa tidak nyaman, kita akan bertanya 'kenapa' dan hal itu mengandung kritikan. "Kenapa aku dulu begitu?" menjadi kritik terhadap diri sendiri. "Kenapa kamu begitu?" menjadi keluhan terhadap orang lain. Pada akhirnya kita tidak akan mendapatkan jawaban dan hanya akan semakin terluka. Kita tidak bisa menghentikan pertanyaan ini karena tidak bisa menerima kenyataan.
Lekat dengan masa lalu, kita akan menyesal. Tertawan oleh masa depan, kita akan kacau balau. Masa lalu tidak bisa diputar balik, sedangkan masa depan tidak bisa diketahui karena belum datang. Bagi orang yang waras, porsi masa lalu, masa kini, dan masa depan adalah setara. Bisa juga masa kini yang menduduki setengahnya.
Pusatkanlah perhatian pada masa kini 'di sini saat ini (here and now)'. Tidak memikirkan masalah yang telah berlalu atau masalah yang akan datang, dan berfokus pada hal yang akan dilakukan sekarang.
Segera ambil kertas dan tulis seperti ini "KINI, DI SINI, APA YANG BISA AKU LAKUKAN?"
5. Berhenti Bersikap Kalah
Orang-orang yang mudah menyerah memiliki keyakinan bahwa ia akan gagal. Mereka teguh pada keyakinan bahwa mereka tidak akan bisa dan berfokus pada pola pikir yang negatif. Mereka hanya mengingat kelemahan, luka, kekurangan, dan kegagalan dirinya. Tentu saja tidak ada orang yang ingin mempertahankan kesadarannya yang negatif seperti ini. Namun, tidak mudah memperbaiki pikiran yang kaku.
Otak akan menjadi sehat jika harga diri pulih. Kita akan berpikir secara positif dan mengabaikan kecemasan kecil. Kita tidak akan dengan mudah terkontaminasi oleh emosi orang lain dan kehilangan subjektivitas kita. Sebaliknya juga begitu. Harga diri kita akan pulih jika otak sehat.
Mulai saja dengan bertindak dulu. Otak tidak bisa membedakan antara penyebab dan hasil, sehingga akan mengikuti tindakan Anda. Lama-lama itu akan menjadi mudah dan terbiasa.
Tiga tindakan yang membahagiakan otak:
- Jalan kaki. Selayaknya orang yang menghargai dirinya sendiri. Punggung tegak, pundak rileks, dan langkahkan kaki dengan santai, seperti orang yang tidak mencemaskan kritikan orang lain.
- Memasang raut wajah. Seperti mencintai diri sendiri. Bayangkan raut wajah seperti apa yang akan Anda pasang jika Anda menyayangi orang yang ada di dalam cermin di hari seperti itu. Pasanglan raut wajah itu.
- Berbicara sendiri: orang dengan harga diri yang sangat tinggi memikirkan dan mengucapkan apa yang akan dikatakannya ketika sedang mengalami hal yang berat. Ia akan mengeneralisasi, "Tidak apa-apa, orang lain juga mengalami ini", atau merasionalisasi "Ini bisa teratasi karena aku. Kalau orang lain, pasti sudah menjadi masalah besar".
Jalan kaki, memasang raut wajah, dan berbicara sendiri. Ingatlah ketiga hal ini. Mari hidup secara manusiawi dan halus budi.
Tidak apa-apa menangis sesegukan di ruangan yang gelap. Bukan karena lemah. Melainkan karena kita manusia.
Jangan pernah lupa. Anda adalah raja hutan. Pusat dunia. Satu-satunya yang berharga di dunia.
Happy reading!😉
-af
Komentar
Posting Komentar