Ringkasan Buku: How to Respect My Self (Part 6)

Judul         : How to Respect My Self (Seni Menghargai Diri Sendiri)

Penulis     : Yoon Hong Gyun

Halaman   : 342



Part 6: Hal-hal yang Harus Ditaklukkan untuk Memulihkan Harga Diri


—Luka

Mengetahui apa yang buruk dan merusak, serta menerima bahwa hal-hal tersebut ada pada diri kita adalah tahapan mendasar untuk memulihkan harga diri.

 

Apa itu Luka? Apapun bisa menjadi luka, baik ucapan, peristiwa, maupun tindakan. Banyak cara untuk mengekspresikan luka, bisa menangis, marah-marah, tersenyum, bersikap seolah tidak ada apa-apa, dll. Ada orang yang lukanya langsung terlihat dan ada juga yang baru tampak setelah beberapa tahun berlalu. 

Banyak orang bertanya apakah trauma merupakan luka masa lalu yang memengaruhi kehidupan sekarang. Jawabannya adalah "bisa ya, bisa juga tidak". Namun satu hal yang pasti, SEMUA TRAUMA TERJADI DI MASA LALU.


Otak harus dibuat paham sepenuhnya bahwa luka itu sudah berlalu. Pemberitahuan dari luar akan lebih efektif daripada memikirkannya secara berulang-ulang di dalam hati. Katakan kepada diri sendiri, "Semua sudah berlalu. Sekarang tidak apa-apa. Sekarang aku sudah aman".




—Mengatasi Hambatan


Mengamati hambatan dalam proses pemulihan harga diri sangatlah penting, namun yang menjadi masalah ketika kita tidak bisa menyadari atau menerima hambatan tersebut.

Tiga hal yang paling sering menjadi penghambat adalah sebagai berikut:

  1. Keraguan tentang hasil. Ketika kita meragukan hasil maka gerakan kita pun menjadi lambat. Keraguan muncul akibat ketidakpercayaan diri. 
  2. Hambatan untuk mengerjakan. Seringkali kita memisahkan antara teori dan praktik. Kita gagal karena tidak melakukan sesuatu sesuai yang dipelajari, tetapi kita malah menyalahkan teorinya. Tidak akan ada artinya mempelajari teori tanpa memperaktikkannya ke dalam kehidupan nyata.
  3. Sudah coba tapi gagal. Perubahan sekecil apa pun membutuhkan dua bulan atau lebih hingga kita terbiasa. Adakalanya kita kembali ke kondisi semula walaupun sudah berusaha keras dan itu adalah hal yang sangat normal. Oleh karena itu, kita tidak boleh menyalahkan diri sendiri ataupun menyerah.  Renungkan kembali penyebab dan momentum yang membuat Anda rendah diri. Melalui proses ini, alasan-alasan tersebut dapat kita tangkal agar tidak menghancurkan kita lagi di kemudian hari.

Agar dapat merasakan perubahan yang esensial, kita harus terus bergerak. Kita harus percaya bahwa kita akan bahagia jika menjadi seseorang yang membuat kita puas. Kita harus mempercayainya dan mengharapkan terjadi. 


Kita harus percaya bahwa kita akan bahagia. Dicemburui lebih membahagiakan daripada diabaikan. Didengki lebih membahagiakan daripada dikasihani. Kita bisa berbahagia tanpa perhatian orang lain. Dan, harga diri yang pulih tidak akan merugikan atau melukai siapa pun.




—Kritik


Kita harus tahu kapan dan bagaimana kritik itu muncul. Orang-orang yang kerjanya hanya mengkritik setiap kali membuka mulut harus dihindari atau sebisa mungkin di jauhi. Ucapan yang membuat tidak enak bila didengar bisa dianggap sebagai kritikan. Jika emosi terluka ketika mendengarnya maka itu adalah kritikan. 


Metode komunikasi yang paling menyebabkan perceraian adalah kritik dan serangan balasan. Mencari yang benar dan salah atau menggali akar masalah dengan cara tersebut hanya mendekatkan pada perpecahan, bukan pemecahan masalah.


Hal-hal yang tidak boleh dilupakan saat mendapat kritik:

  1. Mengenali kritik yaitu menyadari bahwa kita sedang dikritik.
  2. Mengakui bahwa kita terganggu oleh kritikan.
  3. Tidak lupa bahwa orang itu sedang gelisah sehingga melampiaskannya kepada kita.
  4. Mengetahui bahwa itu hanyalah perasaan orang tersebut. 

Kita tidak bisa menganggap pendapat atau penilaian orang sebagai sebuah kebenaran. Itu adalah pendapat pribadi hang sewaktu-waktu dapat berubah. Mereka yang mengkritik sudah tidak bisa mempertahankan diri dari stres.


Cara terbaik menghadapi kritikan adalah dengan bersimpati. Lawan bicara akan kehilangan daya serang saat kita menunjukkan simpati.  Ungkapan rasa simpati adalah "Oh, begitu", "Oh, ya?", "Jadi, begitu", "Pantas Anda semarah itu".




—Lingkaran Setan


Dalam hubungan pernikahan yang kurang harmonis, sebagian besar akan berkata bahwa pasangannyalah yang bermasalah. Mereka meyakini bahwa pasangannya adalah orang yang paling tidak berkompeten di dunia ini, tetapi mereka juga menitipkan hidupnya kepada orang tersebut. Hal itu juga bisa terjadi pada hubungan antara orangtua-anak dan pimpinan-bawahan. Kekecewaannya sebesar harapannya, dan berharap orang yang mengecewakan tersebut dapat mengurangi kekecewaan itu. Poin pentingnya adalah harapan dan kekecewaan berputar dalam lingkaran setan.


Ada beberapa PIKIRAN YANG HARUS DIBUANG untuk bisa lepas dari lingkatan setan ini:

  1. Harus mengubah secara mendasar. Banyak orang yang berputar-putar pada akar masalah, padahal yang utama adalah menyelesaikan masalah yang ada di depan mata.
  2. Harus mengubah orang lain. Kita tidak bisa mengubah orang lain dan masa silam. Di antara masalah kita sendiri pun, kita harus memulainya dari yang paling bisa diubah. Tentu saja ketika kita berubah, tidak ada jaminan bahwa orang lain juga akan berubah. Namun, YANG TERPENTING ADALAH HIDUP KITA. 
  3. Harus mengubah sifat. Meminta sifat diperbaiki sama saja meminta seluruh diri diperbaiki. Ketika bertujuan mengubah sifat, mau tidak mau kita akan merasa kelelahan, karena berfokus pada hal yang tidak berubah.


Sebab adalah akibat dan akibat adalah sebab. Saat merasa bersalah, kita akan menyalahkan orang lain yang membuat kita seperti itu, lalu kita akan kembali menyalahkan diri semdiri karena membuat dalih seperti itu. Menyalahkan diri sendiri dan menyalahkan orang lain (kritik atau proyeksi) berulang-ulang.

Untuk bisa memutuskan, kita harus tahu sedang berada dalam lingkatan seperti apa. 


Paham bahwa masalah hati berkaitan dengan masalah fisik, khususnya ritme paling mendasar dalam keseharian (seperti pola tidur dan selera makan). Oleh karena itu, tangani lebih dulu masalah yang bisa diselesaikan. Masalah yang muncul di permukaan, yang siapa pun tahu bahwa itu merupakan masalah. Masalah yang tampak di badan daripada yang di hati. Masalah yang ada di masa sekarang daripada di masa lalu, masalah yang mudah kita tangani daripada orang lain.




Happy reading!😉

-af

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ringkasan Buku: Start With Why, Karya Simon Sinek

Ringkasan Buku 'Nyaman Tanpa Beban' Karya Kim Suhyun

Pembelajaran Penting dari Novel Arah Musim