Ringkasan Buku: How to Respect My Self (Part 5)

Judul         : How to Respect My Self (Seni Menghargai Diri Sendiri)

Penulis     : Yoon Hong Gyun

Halaman   : 342 

  



Part 5: Kebiasaan yang Harus Dibuang untuk Memulihkan Harga Diri



—Mudah Putus Asa

Umumnya, masalah akan terpecahkan setelah mengetahui apa yang sebenarnya kita cemaskan. Caranya yaitu dengan mengubah kecemasan yang samar-samar menjadi kecemasan yang detail dan nyata. 

Empat jenis ketakutan: kematian, bangkrut, perpisahan, dan kehilangan daya tarik


Kegiatan yang bisa dilakukan: Mengatakan "Hal yang saya takutkan adalah..."



—Tidak Bergairah

Yang menjadi masalah adalah terlalu banyak berpikir. Hal itu akan membuat otak lelah dan otak yang kurang sehat akan membentuk pikiran yang negatif.


Hal pertama yang harus dilakukan untuk bisa lepas dari rasa tidak bergairah adalah BERGERAK. Sekalipun tidak ingin, tidak menarik, dan tidak bermakna.


Sebelum menebak hasil dari suatu tindakan, mulailah dari tindakan yang serupa.


Jika ingin memiliki motivasi, berhentilah berpikir.

Jika ingin mengubah kebiasaan tidak bergairah, ubahlah sikap kita dahulu. Sering-seringlah bergerak walaupun sedikit, tanpa pikiran apa pun.


Kegiatan yang bisa dilakukan: Stretching.



—Rendah Diri

Rasa rendah diri adalah sebuah emosi, sehingga tidak bisa mutlak dilihat buruk. Mengakui bagian yang kurang pada diri dan berusaha melengkapi dapat menjadi energi yang baik.


Emosi biasanya berkaitan dengan pemikiran. Rendah diri adalah hasil percampuran dari tiga pemikiran yaitu merasa tidak mampu, malu, dan mental korban.


Rasa rendah diri memiliki sejenis energi ledakan yang sangat kuat dan terkadang digunakan sebagai sumberdaya untuk sukses. Namun untuk kondisi sekarang, rasa cinta, dorongan, dan dukunganlah yang penting.


Perasaan rendah diri dapat memicu jantung berdebar-debar dan wajah terasa panas, sehingga berdampak buruk terhadap hati dan tubuh. Pada rentang usia 20-an hingga 30-an tubuh masih mampu menekannya, namun ketika memasuki usia paruh baya jantung dan paru-paru tidak punya sisa tenaga untuk menerima emosi yang panas ini.


Kegiatan yang bisa dilakukan: menumbuhkan mental "Hidup Memang Begitu" dengan cara mengucapkannya sambil mengembuskan napas.



—Menunda dan Menghindar

Tiga pola orang yang menghindar:

  1. Mengamati orang lain; berharap bahwa hal itu bukan hanya masalah dirinya.
  2. Mencari alasan; upaya memahami penyebab adalah awal dari penyelesaian masalah, bukan tujuan akhir. Jangan berusaha memahami dengan sempurna; sisakan energi untuk memahami keadaan sekarang dan bagaimana menghadapinya ke depannya.
  3. Terjerambab dalam lumpur keluhan dan kritik; selama kita terobsesi untuk menyalahkan, baik diri sendiri maupun orang lain, penyelesaian masalah akan menjadi jauh.
Empat jenis pola pikir untuk mengatasi masalah:
  1. Mendahulukan hati; perhatikan hati kita, pikirkan apa yang paling menyakiti hati kita dan bagaimana cara mengobatinya.
  2. Bergerak; perubahan tidak akan terwujud jika hanya di dalam hati dan tidak ada yang akan berubah jika hanya dipikirkan di dalam kepala. Perubahan dimulai dari tindakan.
  3. Meneruskan; teruslah bergerak dan jangan menunda atau berhenti.
  4. Tidak sendirian; jangan memaksa diri atau merepotkan diri lebih dari yang diperlukan, melakukannya secara bersama-sama dengan bantuan ahli akan lebih efektif. Jika merasa tidak bisa melakukannya bersama orang lain, anda bisa melakukannya dengan kertas memo, buku harian, dan blog. Disarankan untuk mencatat apa dan bagaimana usaha anda setiap harinya daripada membiarkannya berlalu begitu saja. 
Kegiatan yang bisa dilakukan: Membentuk Role Model yang terperinci. 
Saat menetapkan target harus menentukan secara detail kita ingin menjadi orang seperti apa dan apa yang biasanya dilakukan dan dirasakan oleh orang seperti itu.
Tiga tahapan berikut cocok bila Anda ingin menyusun tujuan secara jelas.


—Sensitif
Reaksi yang paling awal terlihat pada seseorang yang hatinya terluka atau tidak tenang adalah sensitif. Sifat sensitif biasanya diawali dengan kebiasaan menghubungkan setiap masalah dengan diri sendiri, yang kemudian dapat berkembang menjadi 'mental korban'. Orang yang sensitif akan mudah terpengaruh oleh rangsangan kecil yang biasanya tidak dihiraukan.

Agar bisa hidup berbahagia, kita harus membiasakan diri membiarkan urusan orang lain menjadi urusannya. Kita tidak mungkin bahagia dengan terus-terusan memikirkan ucapan atau tindakan orang lain dan berpikir bahwa kita menjadi korban. 

Emosi orang lain harus diserahkan kepada orang tersebut. Emosi tersebut muncul bukan karena kesalahan kita dan bukan pula menjadi tanggungjawab kita.
Jika ingin membantu orang lain, jangan mencoba mengubah emosinya atau menyerapnya menjadi emosi kita.

Kegiatan yang bisa dilakukan: Menghafal mantra penghapus sifat sensitif, yaitu "Memangnya kenapa?!", "Lalu kenapa?!", dan "Kalau salah, kenapa?!".



Konklusi:
Ada empat proses yang harus ditempuh untuk membuang kebiasaan yang tidak baik:

  1. Menerima; yaitu menerima bahwa kita mempunyai kebiasaan buruk dan kebiasaan itu mengganggu kita. Kita harus memberi tahu otak sedikitnya selama seminggu secara berulang-ulang bahwa kita mempunyai kebiasaan dan kebiasaan itu buruk bagi kita.
  2. Menginginkan; jika ingin menghentikan kebiasaan buruk sepenuhnya, kita harus benar-benar mengharapkannya berakhir.
  3. Berpura-pura; yaitu berpura-pura menghentikan kebiasaan yang ada sampai muncul kebiasaan baru. Sedikitnya dibutuhkan waktu dua bulan lebih sampai apa yang pura-pura kita lakukan menjadi kenyataan.
  4. Meneruskan.
Perubahan tidak terjadi hanya dengan satu kali percobaan atau kebulatan tekad. Yang terpenting, kita tidak langsung menyimpulkan bahwa kita telah gagal. Jatuh bangun lagi dan lagi akan membuat hati kita utuh.


Happy reading! 😉
-af

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ringkasan Buku: Start With Why, Karya Simon Sinek

Ringkasan Buku 'Nyaman Tanpa Beban' Karya Kim Suhyun

Pembelajaran Penting dari Novel Arah Musim