Ringkasan Buku: How to Respect My Self (Part 4)

Judul         : How to Respect My Self (Seni Menghargai Diri Sendiri)

Penulis     : Yoon Hong Gyun

Halaman   : 342 




Part 4: Perasaan yang Menghambat Harga Diri


—Sulitnya Mengontrol Perasaan


Nasib seseorang  bisa jadi berbeda tergantung bagaimana ia mengungkapkan dan mengontrol emosinya.


Kemampuan mengontrol emosi mirip dengan selera fashion dan tidak ada fashion yang sempurna. Tidak ada fashion yang mutlak baik maupun mutlak buruk.


Semakin kita tidak bisa mengontrol perasaan sesuai maksud kita, maka unsur pembentukan harga diri yang positif bernama 'kontrol diri' pun akan menurun.


3 kriteria emosi yang tidak terkontrol (orang yang tdk bisa mengontrol emosinya):

  • Orang yang terbiasa bergerak
  • Orang yang masih menyimpang luka masa lalu
  • Orang yang menyangkal emosinya


Ciri orang yang mampu mengontrol emosi: memahami apa, sebesar apa, dan apa dampak emosi yang dirasakannya. Mengetahui bahwa emosi itu tidak terbatas pada masalah yang saat itu dihadapinya. Mereka tidak bertindak sembarang ketika emosi sedang tinggi, melainkan dengan menunggu emosi hingga reda atau mengaturnya agar tidak tampak jelas.




—Hal-hal yang Harus Dibedakan untuk Mengontrol Perasaan


Menurut sudut pandang perilaku kognitif, dunia terbagi atas peristiwa, pikiran, perasaan, dan tindakan.


Sudut pandang dan sudut waktu harus dibedakan saat emosi tidak terkontrol. Harus diperjelas juga bahwa semua itu hanyalah perasaan kita.


Situasi khusus yang menyulitkan kontrol emosi:

  • Berkaitan dengan keluarga: kesalahpahaman bahwa urusan keluarga adalah urusan sendiri, sehingga kita mengartikan emosi keluarga adalah emosi diri sendiri.
  • Habis minum-minum: saat mengonsumsi alkohol fungsi otak hanya berfokus pada insting.
  • Sedang lapar atau kurang tidur: di saat seperti itu, tubuh mendeteksinya sebagai situasi krisis.
  • Sedang jatuh cinta: saat situasi ini akal menjadi lumpuh, sama seperti mabuk atau yang berkaitan dengan keluarga.
  • Sama seperti situasi diri sendiri: misalnya ketika teman dihadapkan pada situasi yang sama dengan diri kita.




—Mengatur Emosi yang Sulit Diatur:  Rasa Malu, Rasa Hampa, Ambivalen


Rasa malu timbul akibat:

  • Anggapan bahwa semua orang memperhatikan kita
  • Terlalu memandang rendah diri sendiri
  • Prasangka bahwa orang lain akan selamanya mengingat momen itu


Emosi seperti cuaca, tidak bisa kita ubah. Kita hanya bisa menyesuaikan diri setiap saat atas berubahnya cuaca.



—Mengatur Emosi Panas: membenci diri sendiri, merasa bersalah, mengasihi diri sendiri, narsisme 


Terlalu sensitif karena banyaknya perubahan emosi tidak bagus, tetapi tumpul karena takut terhadap emosi juga tidak bagus


Kita harus memiliki ketertarikan tiada henti tentang apa yang sedang kita pikirkan, apa yang kita sukai dan tidak sukai, dalam situasi apa kita merasa cemas, saat melakukan apa kita merasa bahagia, dan hadiah apa yang kita inginkan.


Latihan untuk memicu ketertarikan kepada diri sendiri: Membuat catatan hidup semacam autobiografi.

  • Kamu harus mengenali dirimu sendiri secara menyeluruh dibandingkan siapa pun.



Kegiatan yang mendinginkan emosi: menarik napas dalam-dalam, tidur, pilates, mengingat mantan, mengingat kegagalan dalam hidup




—Mengatur Emosi Dingin: kecewa, tak peduli, meremehkan, tak tertarik


Tidak ada yang namanya emosi yang benar dan salah. Kita hanya perlu pandai-pandai membentengi diri saat emosi-emosi itu terlalu kuat.


Kecewa artinya memiliki harapan. Kekecewaan akan menjadi kesedihan jika terus berulang. Cara melepaskan kesedihan adalah melakukan yang berkebalikan dengan penyebab kekecewaan: Turunkan harapan atau tidak memikirkan masa depan.


Kegiatan yang membuat emosi naik: menonton film, menonton drama, mencari tahu tentang artis favorit, berlari, menggerakkan tubuh




—Konklusi:


Emosi bukan segalanya, melainkan sekadar energi yang kita gunakan.

Analoginya seperti melewati jalan bernama hidup dengan naik sepeda. Kecepatan sepeda ditentukan oleh emosi apa yang ditemui. Ia akan cepat ketika marah atau cemas, sehingga harus didinginkan agar memelan.


Namun, sepeda tidak hanya bergerak dengan kecepatan. Ke mana setang diarahkan yang lebih penting. Penilaian ini dilakukan oleh akal. 


Emosi memang penting, tetap bukan faktor mutlak. Kita hanya perlu menyadari emosi apa yang dirasakan dan tau cara menghadapinya dengan tepat.




Happy reading!😉

-AF

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ringkasan Buku: Start With Why, Karya Simon Sinek

Ringkasan Buku 'Nyaman Tanpa Beban' Karya Kim Suhyun

Pembelajaran Penting dari Novel Arah Musim